Senin, 09 April 2012

Rumput Fatimah Melancarkan Persalinan, Mitos atau Fakta?


Sudah dipercaya secara turun-temurun, namun penggunaannya kerap ditentang kalangan medis. Yuk, cari tahu alasannya!

Banyak orang percaya, minum air rendaman rumput fatimah bisa mempermudah proses persalinan. Saking percayanya, tak sedikit ibu hamil – atau keluarganya – yang bersusah payah mencari tanaman ini.

Raditya (35 tahun), karyawan swasta di Jakarta, contohnya. Demi istrinya yang akan melahirkan dalam waktu beberapa minggu depan, ia rela menelusuri satu demi satu kios oleh-oleh haji di Tanah Abang, untuk mencari rumput fatimah. Sementara Aliyya Muchtar (31 tahun), ibu rumah tangga dari Bandung, tak segan-segan meminta oleh-oleh rumput fatimah kepada salah satu kerabatnya yang menunaikan ibadah haji.

Menurut mereka, popularitas rumput fatimah bagi ibu-ibu yang akan melahirkan sudah tak asing lagi. “Lagipula, kalau memang bisa membuat persalinan jadi lancar, tidak ada salahnya untuk dicoba, kan?” begitu Aliyya beralasan.

Meskipun begitu, kebenaran manfaat rumput fatimah juga dipertanyakan oleh sebagian orang. “Pasalnya, dokter saya justru mewanti-wanti supaya rumput fatimah itu tidak digunakan. Katanya sih, bisa bikin pendarahan,” tutur Yunia Ekawati (32 tahun), penulis lepas, yang berdomisili di Tangerang, Banten.

Oleh-oleh khas Tanah Suci

Rumput fatimah, atau juga sering disebut akar fatimah (Anastatica hierochuntica) merupakan tanaman yang biasa ditemukan di Gurun Sahara dan kawasan Arab dan Timur Tengah, antara lain Afrika Utara, Jordania, Iran, Irak, Israel, Mesir, Palestina, dan Pakistan. Oleh sebab itu, ia cukup populer di kalangan jamaah yang melaksanakan ibadah haji di Mekah, juga di kalangan para peziarah yang berkunjung ke Yerusalem.

Bahkan, ia juga menjadi salah satu oleh-oleh khas Tanah Suci yang paling banyak dicari. Sebabnya, rumput fatimah tidak mengenal istilah kadaluwarsa atau mati. Meskipun sudah dikeringkan selama puluhan tahun, apabila direndam dalam air, ia akan dapat mekar kembali.

Di negara-negara Arab, ia sering disebut Kaf Maryam. Sementara di dunia Barat, orang mengenalnya dengan nama Maria’s palm, Rosa Maria, rose of Jericho, Jericho rose, dinosaur plant, Mary’s flower, Mary’s hand, Palestinian tumbleweed, resurrection plant, St. Mary’s flower, true rose, atau wheel.


Simbol harapan

Namanya memang kerap dihubungkan dengan Siti Maryam atau Bunda Maria (Virgin Mary). Konon, itu disebabkan, selama Maria melakukan perjalanan dari Nazareth ke Mesir untuk menyelamatkan diri dari ancaman Raja Herodes, ia sering menjumpai rumput fatimah yang ikut tergulung bersama terpaan angin di padang pasir. Berdasarkan kisah tersebut, rumput fatimah sering dijadikan simbol kesucian, berkah, dan harapan hidup yang lebih baik.

Jika di Indonesia dan kawasan Melayu - seperti Malaysia, Singapura, dan sekitarnya – ia lebih identik dengan Fatimah, itu juga ada sebabnya. Setelah kedatangan Islam di Nusantara, Sayyidina Ali dan dan Siti Fatimah menjadi contoh teladan pasangan suami istri yang bahagia. Seiring perkembangan waktu, nama Ali digunakan untuk menamai sejenis akar yang dianggap simbol keperkasaan pria, yaitu Tongkat Ali (Eurycoma longifolia). Sementara, nama Fatimah, istrinya, digunakan untuk menyebut tumbuhan kecil yang dianggap banyak memberi manfaat dalam urusan kewanitaan, yaitu Kacip Fatimah (Labisia pumila).

Sebenarnya, yang disebut Kacip Fatimah ini tidak sama dengan Rumput Fatimah yang sedang kita bicarakan. Namun karena istilah dan manfaatnya serupa, banyak orang mengira bahwa keduanya adalah herba yang sama (lihat boks: Jangan sampai salah kaprah!).

Bisa “hidup kembali”

Tanaman yang tingginya hanya mencapai sekitar 15 cm ini masih keturunan famili Brassicaceae. Bunganya berwarna putih keabu-abuan, dengan bentuk daun bergelombang di bagian pinggirnya. Rumput fatimah termasuk jenis tumble weed; tanaman yang tubuhnya tidak akan terlepas dari akar meskipun telah kering. Biasanya, tanaman ini tumbuh di gurun pasir dan ikut menggulung di permukaan pasir, terbawa tiupan angin.

Bila kemarau datang, seluruh tangkai, daun, dan bunga rumput fatimah memang akan menggulung ke dalam, mengering, lalu “mati suri”. Disebut demikian, karena jika direndam di dalam air, seluruh tangkai, daun, dan bunganya bisa mekar kembali. Konon, proses “mati suri” tersebut merupakan mekanisme alamiah rumput fatimah dalam memperpanjang usia dan mempertahankan diri. Dalam keadaan tergulung, ia akan dapat melindungi biji-bijinya sekaligus “hidup kembali” saat diguyur hujan. Beberapa referensi menyebutkan, dijadikannya rumput fatimah sebagai simbol harapan adalah karena keunikannya itu.

Dipercaya melancarkan persalinan

Rumput fatimah biasanya diperjualbelikan dalam bentuk kering. Orang-orang di berbagai penjuru dunia memanfaatkannya untuk berbagai keperluan. Pada saat Natal misalnya, kaum Nasrani dan Kristiani kerap menjadikannya sebagai pelengkap dekorasi rumah. Sebagian orang juga menggunakan rumput fatimah untuk menghias akuarium. Maklum saja, dalam keadaan terendam air, bentuknya memang mirip terumbu karang.

Namun rupanya, kisah mengenai Maria memang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari rumput fatimah. Sebagian orang mengidentikkan mekanisme “mati suri” tanaman tersebut dengan membuka dan kembali menutupnya rahim perawan suci Maria. Entah bagaimana asalnya, rumput fatimah pun dipercaya mampu memperlancar proses persalinan.

Menurut Ir Yuli Widyastuti, MP, Kepala Bidang Pelayanan Penelitian dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Solo, Jawa Tengah, secara empiris, penggunaan rumput fatimah bagi ibu yang akan melahirkan memang sering ditemukan. “Dari penelitian yang ada, diketahui bahwa tanaman tersebut mengandung oksitosin, sejenis hormon yang dapat merangsang kontraksi pada rahim, sehingga dianggap melancarkan kelahiran,” jelasnya.

Masih kontroversi

Maraknya penggunaan rumput fatimah pada ibu-ibu yang akan melahirkan pernah mengundang penasaran Law KS, dan rekan-rekannya dari Universiti Sains Malaysia. Dalam penelitiannya yang berjudul “Ultrastructural Findings of Anastatica hierochuntica Towards Explaining Its Medicinal Properties”, ia menemukan bahwa beberapa senyawa kimia yang terdapat dalam rumput fatimah antara lain seng, zat besi, aluminium, kalsium, dan magnesium. Kandungannya tersebut bermanfaat dalam pembentukan tulang, mendukung kerja syaraf dan otot, mengatasi peradangan, dan fungsi metabolisme lainnya(Jurnal Annals of Microscopy, Vol.9, April 2009).

Dalam beberapa penelitian lain, rumput fatimah juga diketahui memiliki efek melindungi fungsi hati (hepatoprotektor), antimikroba, dan mengandung antioksidan. Meskipun demikian, studi mengenai kadar senyawa yang terkandung, efek yang dihasilkan, serta keamanan rumput fatimah terhadap ibu hamil dan bayinya masih sulit ditemukan. Itu sebabnya, konsumsi air rendaman atau rebusan tanaman ini tidak dianjurkan oleh kalangan medis.

Berisiko tinggi

Banyak orang mengatakan, air rendaman rumput fatimah sebaiknya diminum saat pembukaan sudah berada pada tahap lanjut - misalnya setelah pembukaan 6 – agar pembukaan yang terjadi benar-benar sempurna.

Namun menurut Dr Ahmad Mediana, SpOG, ahli kandungan dan kebidanan dari RSIA Kemang Medical Care, Jakarta, pendapat tersebut sangat berisiko. Sebab, selain kadar oksitosin di dalamnya belum diketahui, dosis aman bagi ibu dan bayinya pun masih dipertanyakan.

Konsumsi air rendaman rumput fatimah dengan jurus “kira-kira” ini justru dikhawatirkan akan memicu kontraksi abnormal yang berdampak robekan pada rahim, pendarahan, bahkan kondisi gawat janin mulai dari detak jantung bayi menjadi tidak teratur, bayi kekurangan oksigen, terputusnya tali plasenta, hingga kematian.

“Itu sebabnya, hingga saat ini konsumsi air rendaman rumput fatimah tidak dianjurkan oleh dunia kedokteran. Selama belum ada penelitian ilmiah yang mendukung, fenomena ini sebaiknya disikapi dengan hati-hati. Usaha boleh saja, tapi pertimbangkan juga faktor resikonya,” Dr Ahmad menyarankan.(N)

BOKS:

Jangan sampai salah kaprah!

Saat berselancar di dunia maya, sesekali ketikkan kata “rumput fatimah” di google, si situs pencari. Di sana, akan muncul berbagai informasi mengenai herba ini, di antaranya yang berisi informasi bahwa rumput fatimah merupakan “pasangan” si tongkat ali.

Namun jangan sampai salah, karena rumput fatimah yang dimaksud belum tentu Anastatica hierochuntica yang kita maksud, melainkan tanaman lain yang bernama botani Labisia pumila. Tanaman yang disebut-sebut asli Malaysia ini juga kerap dipanggil kacip fatimah.

Kacip fatimah merupakan famili Myrsinaceae, dan termasuk jenis tanaman tropis yang tumbuh secara liar pada ketinggian sekitar 4500 m di atas permukaan laut. Di Indonesia, tanaman ini sering dijumpai tumbuh subur di Taman Nasional Halimun, Gunung Salak, Jawa Barat. Beberapa produknya juga bisa ditemukan dalam bentuk teh, kapsul, atau bubuk kering.

Jika selama ini ia menjadi korban salah kaprah, itu ada alasannya. Sebab, secara turun-temurun kacip fatimah memang dikenal ampuh dalam mengatasi masalah kewanitaan. Mulai dari melancarkan siklus menstruasi, mencegah nyeri haid, menghilangkan keputihan, membuat vagina “lebih rapat”, mengatasi gejala menopouse, meningkatkan stamina dan gairah seksual, termasuk melancarkan proses persalinan. Meskipun begitu, belum jelas apakah perannya dalam melancarkan persalinan dipengaruhi hormon oksitosin – seperti yang terdapat dalam rumput fatimah – atau karena kandungan lainnya.

“Kita memang harus ekstra teliti dan berhati-hati sebelum mengonsumsi suatu jenis tanaman. Istilah awam atau nama dagang tidak bisa menjadi patokan, karena bisa saja tanaman yang dimaksud punya nama sama di tempat lain namun terdiri dari dua tanaman yang berbeda sama sekali. Oleh sebab itu, selalu gunakan nama botani atau nama latin sebagai patokan. Dengan begitu, kita bisa memperoleh informasi yang akurat dan bisa lebih dipertanggungjawabkan,” Yuli menganjurkan.

Sumber :
Oleh: Dyah Pratitasari
Dipublikasikan di Majalah NIRMALA, Desember 2010

0 komentar:

Posting Komentar